Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih membenarkan pernyataan Badan Pengawas Obat dan Makanan pusat yang menyebut hampir separo atau 44 persen jajanan anak di pasaran tidak sehat dan banyak mengandung zat aditif (unsur tambahan).
“Inilah kenyataanya, 44 persen jajanan anak yang diperjualbelikan itu tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi,” kata Menkes usai meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden mattaher Jambi, Jumat.
Menurut dia, jajanan tidak sehat ini berasal dari industri rumah tangga. Jajanan-jajanan di sekolah tersebut tidak sehat lagi karena tidak seteril dalam pembuatannya. Ini dikarenakan bukan dilakukan oleh profesional melainkan industri rumahan yang mayoritas dilakukan ibu rumah tangga, yang diduga menggunakan zat pewarna tekstil.
Oleh karena itu, hal ini harus terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat, sebab penggunaan zat pewarna tekstil tersebut berbahaya untuk dikonsumsi, jika penggunaanya berlebih bisa menyebabkan keracunan.
Selain itu, penggunaan zat adiktif yang berbahaya dapat mengganggu asupan gizi anak bangsa. Beberapa bahan pengawet dan pewarna seperti formalin, boraks, zat pewarna rodhamin B dan methanyl yellow disebut masih banyak digunakan oleh produsen makanan anak ini.
Hasil ini diketahui dari penelitian BPOM bersama Kemenetrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) serta Institut Pertanian Bogor dalam survei di beberapa beberapa kantin sekolah. Fakta mengejutkan, dari ribuan kantin sekolah yang dijadikan sampel hanya 0,9 persen saja yang menjadi jajanan sehat. Ini masalah serius yang harus dicermati semua pihak, seluruh instansi dan komponen masyarakat, kata Menteri.
Ia mengemukakan, resiko kesehatan yang ditimbulkan akibat jajanan yang tidak aman dan tidak bermutu, berdampak jangka panjang terhadap pembentukan generasi bangsa yang lebih baik. Apalagi, masih terdapat 40 hingga 44 persen jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi standar kesehatan, tambahnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment